Halo halo pembaca blog ini, mohon maaf lama blog dibiarkan terbengkalai.
Kali ini saya ingin berbagi pengalaman Culinary
Trip selama 12 jam di Bandung bersama saudara, dimulai dari siang hingga
tengah malam, dengan menu yang semuanya bercita rasa tradisional Indonesia.
Sooo, here we go!
1. Nasi Cikur Inul – Dago, Bandung
Terletak di kawasan yang Dago yang terkenal dengan kesejukan udaranya,
terdapat warung yang memiliki rasa juara. Sebenarnya menu di sini mirip halnya
dengan warung nasi pada umumnya, yaitu nasi kemudian ditemani aneka lauk pauk
yang sangat beragam.
Namun yang membedakannya adalah di sini nasinya sudah diberi racikan
rempah yang diberi nama Nasi Cikur. Nasinya sendiri memiliki rasa gurih yang
tipis, juga diselingi aroma cikur yang menyeruak namun pas! Taburan bawang
goreng di atas nasi panas memang tidak pernah salah, menambah aroma, rasa dan
tekstur tersendiri. Sebagai pelengkap nasi, kemarin kita pesan beberapa, yaitu
dendeng tipis, paru, usus, cumi, tahu, dan juga perkedel goreng. Entah kenapa
semua rasanya enak banget, kok ya ndilalah ngga ada yang fail sama sekali.
Untuk urusan ketersediaan tempat makan & parkiran kendaraan, Warung
Inul ini cukup luas. Terdapat beberapa meja & kursi panjang, juga
disediakan beberapa joglo yang terletak di belakang.
2. Armor Kopi – Dago Pakar, Bandung
Setelah perut dipuaskan oleh Nasi Cikur Warung Inul, saatnya dibilas sedikit dengan sesuatu yang segar. Pilihan jatuh ke coffee shop ini, mengingat review di Internet sangat menggiurkan. Betul saja, ketika sampai di bagian depan, saya sempat skeptis dengan `kenapa sekecil ini?` ternyata itu hanya tempat pesan menunya sodara sodara. Buat penyuka kopi, di sini mungkin cocok banget! Aneka ragam biji kopi pilihan tersaji di dekat kasir. Namun sayang, karena saya tipikal orang yang tidak bisa terlalu banyak meminum kopi, walhasil pesan es Coklat saja. Huuuuu cupuuuuuu!
Nah, ke-skeptis-an saya langsung ditekuk karena ternyata dalemnya luas, gede, asri dan meja kursinya banyak banget! Cocok buat semua kalangan, percayalah! Mau muda mudi, sampai oma opa beserta anak dan cucunya bisa banget kesini.
Terlebih karena letaknya yang berada di daerah Dago, yang pastinya auto sejuk, ditambah masih dekat sekali
dengan TAHURA Ir.H.Juanda membuat vibes tempat
ngopi ini enak banget, beda dari yang lain.
Kita ber 3 cuma pesan minuman, juga cireng rujak isi 10 yang enaknya
keterlaluan itu. Pesanan es coklat saya pun ngga fail sama sekali. Ntap soul.
3. Se`i Sapi Lamalera – Lebakgede, Bandung
Masih berada di arena makanan viral,
kali ini kati mengunjungi salah satu menu makanan tradisional yang
reviewnya sliwar sliwer di sosial media. Datang ketika makan malam, kondisi
restaurant penuh sesak, tanda baik bahwa makanan di sini enak. Kita pun sempat
waiting list sebentar, lalu dipersilahkan ke meja yang sudah ditunjuk sama mas
mas yang ada di depan.
Setelah menunggu beberapa saat, menu pun datang ke meja. Dari aromanya
aja, wah kacau pasti bakal enak ini. Kita pesan 3 menu, daging + sambal luat,
iga + sambal matah, tambahan sayur bunga pepaya. Masing masing daging kita
pesan yang 40 gram dan mohon maaf kalau dagingnya salah, saya pribadi agak
lupa. Begitu mencecap daging, wahhh rasanya kacauuuu, aroma asapnya
menerbangkan ingatan saya ke makanan khas Jawa Tengah yaitu mangut, semacam hidangan ikan yang
diasapi, kemudian dimasak santan berempah.
Setelah membandingkan kedua daging dengan masing masing sambalnya. Kita
sepakat sih paling enak yang sambal matah. Mungkin, ini karena lidah sudah
terbiasa dengan rasa sambal matah. Sedangkan rasa dari sambal lu`at-nya lidah
kita masih belum bisa menerimanya. Highly
Recommended dan auto bakal balik
lagi kesini.
Se`i Sapi Lamalera
4. Martabak Nikmat Andir – Pasar Andir, Bandung
Setelah puas dengan makanan yang asin-gurih. Saatnya ditutup dengan yang
manis manis legit. Rasa penasaran akan rasanya yang katanya enak itu, kita pun
memutuskan menutup malam ini dengan Martabak Nikmat Andir yang legend.
Tentu saja, kita pesan menu yang terkenal sejagat raya itu, Martabak
Manis Pandan Jagung Keju. Kita makan beberapa potong di tempat, mereka pun
memberikan kertas minyak untuk mencegah agar tidak belepotan ketika
menyantapnya.
Benar saja, ketika
menyuapkan sepotong martabak ke mulut, susu kental manis juga lelehan margarin
/ mentega itu mengalir deras ke kertas minyak. Salut kepada mereka yang sudah
memikirkan hal kecil seperti ini. Untuk rasa martabaknya, wah kacauuuu. Saya baru
pertama kalinya makan martabak yang seperti ini, merupakan martabak yang tipis
`dagingnya` namun lembut, aroma pandan pun menyeruak lembut bukti menggunakan sari
pandan asli bukan hanya pewarna, lalu disusul dengan manis dari pipilan jagung,
gurih parutan keju yang tebal proporsional, juga susu kental manis mulai
menebar rasa nikmat di lidah. Pantas saja mereka menamai dirinya Martabak
Nikmat Andir. Yang terakhir, benda nikmat ini tidak disarankan kepada orang
yang sedang diet, percayalah!
5. Perkedel Bondon – Stasiun Hall, Bandung
Karena bukanya yang tengah malam itu, jajanan ini paling cocok sebagai
penutup Culinary Trip 12 jam Bandung.
Menemukannya agak sedikit sulit, mengingat lokasi di Google Maps pun masih
kurang akurat, saya sampai harus bertanya kepada beberapa orang hingga akhirnya
bisa mendarat di sini. Kita datang pukul 12 malam lebih dikit dan sudah dapat
antrian 22, mantap boskuuuu! Selang beberapa puluh menit kemudian, antrian saya
pun dipanggil. Ambil bungkusan, bayar, bawa ke mobil. Begitu satu suapan, ya
Allah ini makanan dari manaa. Hangat, luarnya renyah secukupnya, dalamnya
lembut, gurih juga aroma daun bawang / kucai yang terasa. Cocok sekali sebagai
teman mengisi rongga perut menembus tol Bandung – Jakarta. Walaupun saya jadi
kenek, yang ujung ujungnya ketiduran selepas Bekasi.
Perkedel Bondon
Letaknya di belakang Stasiun Bandung. Tanya petugas / warga setempat, yang nantinya akan diarahkan, karena peta di google maps kurang akurat.
Overall, Bandung dengan
segala keramah tamahan, juga kuliner tradisionalnya sangatlah memanjakan perut.
5 tempat yang kita kunjungi tidak ada yang tidak enak. Semua review berdasarkan
kesesuaian pada saat saya datang dan ditulis sejujur jujurnya. Sampai berjumpa
lagi kapan kapan, bandung!
Komentar
Posting Komentar